Tiga Hasil Penggemblengan di Bulan Ramadhan
“Ada 3 hasil penggemblengan di bulan Ramadhan” kata Deni Darmawan ketika menjadi imam dan khatib shalat Idul Fitri 1444 H pada Sabtu (22/4/2023) di lapangan futsal RT08 RW06 Jalan Kesehatan Bawah II Bintaro.
Dalam khutbahnya, Deni Darmawan mengatakan, selama Ramadhan kita menjalankan semua rangkaian amalan ibadah. Selain mendapat pahala yang berlipat ganda dan ampunan, kita juga berharap semua amal ibadah kita diterima Allah SWT.
Merugi dan celakah orang-orang yang memasuki bulan Ramadhan tetapi belum diampuni dosa-dosanya. Maka, ia akan dijauhkan dari rahmat-Nya. Padahal, semua amalan Ramadhan akan mengundang ampunan, keberkahan dan rahmat Allah SWT.
Baca juga Ramadhan Menjadi bulan Khusus Umat Nabi Muhammad SAW
Orang-orang yang beriman yang memenuhi panggilan Allah untuk melakukan segala ibadah di bulan Ramadhan sehingga mendapat lipatan pahala dan memperoleh ampunan-Nya. Beruntunglah orang-orang yang selalu membersihkan diri, jiwa dan hatinya ketika di bulan Ramadhan.
Minimal ada tiga hasil penggemblengan yang diperoleh dari setiap hamba yang menjalankan ibadah Ramadhan.
Pertama, menjadi hamba yang Selalu Menyucikan Diri. Kedua, menjadi hamba yang mampu mengendalikan diri. Ketiga, menjadi hamba yang bertakwa.
Menjadi Hamba Yang Suka Menyucikan Diri
Fitrah manusia adalah kembali kepada kesucian, diampunkan segala dosanya hingga bersih dari dosa. Ramadhan menjadi bulan penghapus dosa-dosa yang lalu dari ibadah yang kita lakukan, selama kita tidak melakukan dosa-dosa besar.
Bulan Ramadhan menjadi bulan pencucian dosa dari segala noda yang mengotori hati. Bahkan, di sepuluh hari terakhir kita diperintah untuk lebih dekat lagi kepada Allah dengan memperbanyak do’a “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’ fu’anii”. “Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pemaaf. Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah aku.” Do’a ini seperti deterjen yang menghapus segala noda dari pakaian. Dosa dalam diri manusia ingin dihapus sebersih-bersihnya.
Allah SWT memberikan ampunan yang begitu luas bagi setiap hamba yang ingin kembali dan bertaubat kepada-Nya. Jika ada hamba yang melakukan dosa seluas langit dan bumi, maka ampunan Allah melebihi luas langit dan bumi.
Dalam sebuah kisah, yang diceritakan di kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi dalam bab taubat, bahwasannya ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. Ketika ia ingin bertaubat karena perbuatannya itu, ia bertemu dengan seorang alim dari pendeta Bani Israil. Namun, orang alim tersebut menyampaikan bahwa perbuatannya tidak bisa diterima. Akhirnya, pendeta tersebut dibunuh.
Baca juga Keajaiban Ramadhan : Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup, Setan Dibelenggu
Alhasil, sudah 100 orang yang dibunuh. Ketika ia mencari orang alim lain, dan ia mendapat kesempatan diampuni segala dosanya, namun laki-laki tersebut disarankan oleh orang alim itu untuk pindah ke suatu tempat atau kampung yang pendudukanya menyembah Allah.
Dalam separuh perjalanannya, laki-laki tersebut meninggal. Malaikat rahmat dan malaikat maut berselisih atas meninggalnya laki-laki terssebut. Siapakah yang berhak membawa rohnya. Malaikat rahmat mengungkapkan alasannya, begitu juga malaikat maut yang tidak mau kalah memegang teguh alasannya.
Diutuslah malaikat lain sebagai penengah. Maka, disepakati bahwa ukurlah jarak tempat ia meninggal dengan kota yang dituju. Ternyata laki-laki tersebut meninggal lebih dekat dengan kota tujuan, maka malaikat Rahmatlah yang berhak membawa orang laki-laki tersebut. (Muttafaq ‘Alaihi).
Baca juga Wahyu Pertama Sebagai Spirit Literasi
Manusia yang baik bukan yang bebas dari kesalahan dan khilaf, tetapi manusia yang selalu bertaubat dan memohon ampun jika berbuat salah. Allah hadirkan Ramadhan agar kita kembali kepada fitrahnya yaitu kembali kepada kesucian, bersih jiwa dan hatinya. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Qs. Al-Baqarah : 222)
Menjadi Hamba Yang Mampu Mengendalikan Diri
Puasa artinya menahan, dari makan, minum dan syahwat. Menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari subuh hingga waktu maghrib. Hawa nafsu bukan untuk dimusnahkan, tapi dikendalikan agar bisa menahan segala sesuatu yang bisa merusak pahala puasa.
Hawa nafsu yang dimiliki manusia tanpa dikendalikan bisa membuat manusia dalam kobangan kehinaan. Puasa yang didasari iman menjadi salah satu cara agar kita mampu mengendalikan hawa nafsu yang bisa merusak puasa kita.
Baca juga Indikator Orang-Orang Bertakwa
Berapa banyak orang berpuasa, tapi tidak dapat apa-apa kecuali hanya lapar dan haus saja. Sebab, ketika berpuasa ia masih saja tersulut emosi sehingga muncul ucapan kotor dan tindakan bodoh. Puasa ibarat perisai yang melindungi manusia dari perbuatan tercela.
Kualitas puasa ditentukan oleh tiap-tiap hamba yang menjalankannya. Oleh sebab itu, hanya Allah yang membalasnya langsung dan seberapa besar kadar pahala yang diberikan. Agar puasa kita berkualitas, maka diperlukan pengendalikan diri karena dorong hawa nafsu yang selalu mengajak pada kejahatan.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku” (Qs. Yusuf : 53)
Hawa nafsu yang tidak beri rahmat mempunyai kecenderungan mengajak pada sesuatu yang buruk. Manusia yang selalu menuruti hawa nafsunya seperti srigala yang selalu ingin memakan srigala lainnya. Rakus dan tamak tanpa henti. Menghalalkan segala cara untuk bisa menuruti hawa nafsunya. Hal itulah yang dikatakan oleh Thomas Hobbes, seorang filsafat Inggris.
Menjadi Hamba Bertakwa
Tidak ada gelar kehormatan dan kemuliaan kecuali gelar takwa. Gelar ini amat prestisius di sisi Allah SWT. “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (Qs. Al-Hujurat : 13)
Puasa menjadi jalan agar hamba menjadi orang yang bertakwa. Ramadhan membentuk seorang hamba mempunyai sifat-sifat takwa baik lahir maupun bathin. Begitu banyak pengertian takwa. Namun, umumnya takwa itu dipahami selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Perilaku dan sifat orang-orang bertakwa bisa dilihat dari kesehariannya. Selain mempunyai keimanan yang kokoh, ia selalu memohon ampun kepada Allah SWT dan menyucikan jiwa (tazkiyatun nafs). Suka berbagi kepada sesama, baik dalam keadaan sempit atau lapang. Menahan amarah, selalu memaafkan orang lain dan menyukai dengan segala macam kebaikkan.
Baca juga Ramadan Sebagai Madrasah Kehidupan
Orang-orang bertakwa sudah dijamin oleh Allah masuk surga. Bahkan, sudah disiapkan surga yang luasnya seperti langit dan bumi. Bahkan, Allah memberikan keuntungan di dunia seperti rizki yang selalu datang dari arah yang tak diduga, diberikan jalan keluar dan solusi dari segala permasalahan hidup.
Kemudian, memperoleh kemudahan dalam menyelesaikan segala urusan dunia. Ditutup segala kesalahannya, diampuni dosanya, dilipatgandakan pahala untuknya, dan diberikan kemampuan dalam membedakkan antara haq dan bathin (furqon).
Mantab Ustadz. Semoga kita selalu menjadi insan pilihan Allah SWT, selalu dlm ampunan NYA dan dilipat gandakan pahala serta dapat membedakan mana yg Haq dan yg bathil.
” Selamat hari raya idul Fitri,mohon maaf lahir dan batin Pak Ustadz”.
sama-sama Bu Sri. Amiin
Sangat mencerahkan dan mencerdaskan Ustadz. Smg Ustadz tetap sehat senantiasa dlm lindungan Allah Swt sehingga bisa terus melahirkan artikel2 yg bermanfaat. Syukran katsiran.
amin. terima ksh Pak Rusli
Terima kasih Bu Sri
Alhamdulilah. Khutbah yg berbobot. Terima kasih Ustadz
Alhamdulilah, terima ksh Pak Mukminin
Alhamdulillah
Terima kasih pak ustadz Deni, atas tulisannya
Pesantren ramadhan membuahkan tiga pilar itu.
Terima kasih Pak Kohar