Istiqomah di 10 Terakhir Ramadhan
Oleh : Deni Darmawan
Jika di 10 awal dan pertengahan Ramadhan kita istiqomah menjalankan amal shaleh, maka di 10 hari terakhir harusnya ke-istiqomahan melakukan amal shaleh semakin meningkat lagi untuk bisa menggapai lailatul qadr yang terhitung jika melakukan amal shaleh di malam itu seperti melakukan ibadah 83 tahun 4 bulan.
Kendati mendapat pahala yang besar dan berharap mendapat lailatul qadr, namun godaan di 10 terakhir biasanya tak kalah hebat. Fokus kita akan dialihkan tentang kebutuhan pokok menjelang lebaran. Persiapan baju baru untuk dikenakan, menghitung amplop/ampou untuk sanak keluarga, menyediakan berbagai macam kue lebaran, membeli tiket mudik agar tidak kehabisan, dan berharap Tunjangan Hari Raya (THR) mendapat lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga Tiga Hasil Penggemblengan di Bulan Ramadhan
Mampukah kita istiqomah di 10 terakhir Ramadhan dengan godaan yang begitu banyak? Jawabannya bisa, selama kita mampu mendawamkan beberapa amalan yang sudah kita lakukan di awal Ramadhan. Lantas, amalan apa saya bisa kita istiqomahkan di 10 terakhir Ramadhan?
Ada beberapa amalan yang bisa kita istiqomahkan ketika di 10 terakhir Ramadhan. Diantaranya adalah :
Mendirikan Shalat Sunnah
Shalat tarawih hanya dilakukan di bulan Ramadhan di malam hari. Selain shalat wajib, kita juga bisa melakukan shalat tarawih, witir dan tajahud. Jika kita ingin istiqomah mendapatkan lailatul qadar di sepuluh terakhir, maka jangan putus shalat tarawih dan witir berjamaah.
Jangan langsung ngacir sebelum shalat witir bersama-sama bareng imam. Rugi rasanya, jika shalat witir setelah tarawih tidak diselesaikan bareng imam. Sebab, jika shalat tarawih dilanjutkan dengan witir bareng imam maka akan mendapat keutamaan yaitu dicatat mendapatkan pahala seperti shalat semalam suntuk. Dalam sebuah riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’I bahwa Nabi SAW bersabda,
“Barang siapa salat malam bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) salat satu malam (penuh).”
Jika kita istiqomah shalat tarawih dan witir bareng imam, maka pahala seperti shalat satu malam penuh atau semalaman suntuk akan kita peroleh. Pertanyaanya, apakah kita mampu shalat sampai semalam suntuk? Silahkan lakukan sendiri. Selain kita mendapat pahala seperti ibadah semalam suntuk, insyaAllah kita juga akan mendapat lailatul qadr.
Bersedekah
Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan. Sedekah bisa berupa apa saja. Bisa berupa makanan, minuman, uang, bahkan memberikan senyuman ke orang lain serta memungut duri ke tong sampah itu pub bagian dari sedekah.
Baca juga Nuzulul Qur’an : Al-Qur’an Sebagai Pedoman dan Kunci Sukses Kehidupan
Sedekah di bulan Ramadhan bernilai pahala yang berlipat ganda. Bahkan, memberikan makanan kepada orang yang berpuasa akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikit pun.
Rasulullah SAW menjadi lebih dermawan ketika di bulan Ramadhan. Bahkan, kedermawanannya diibaratkan seperti angin yang berhembus. Jangan remehkan hal kecil dalam bersedekah. Jika kita hanya punya sebutir kurma, seteguk air, atau secuil makanan, atau apapun yang lebih dari itu, bisa kita sedekahkan.
Agar kita bisa istiqomah bersedekah, sebelum berangkat shalat isya, tarawih dan witir berjamaah, bisa kita siapkan uang di saku. Ketika kotak amal berjalan, kita rutinkan untuk bersedekah. Jika hal itu kita rutinkan hingga di 10 terakhir Ramadhan, maka InsyaAllah sedekah kita bernilai seperti bersedekah 83 tahun 4 bulan karena bertepatan dengan Lailatul Qadr.
Melakukan I’tikaf
Sampai akhir hayatnya, Nabi SAW tidak pernah meniggalkan I’tikaf di 10 hari terakhir. Bahkan, Nabi menganjurkan untuk mencari 10 hari terakhir pada malam-malam ganjil. Nabi membangun keluarganya, mengencangkan ikat pinggangnya dalam artian meninggalkan dunia untuk fokus ibadah kepada Allah SWT.
Baca juga Ramadhan Menjadi bulan Khusus Umat Nabi Muhammad SAW
Untuk lebih khusyuk beribadah di 10 hari terakhir Ramadhan, Nabi SAW melakukan i’tikaf di masjid.. Nabi seolah-olah ingin lebih dekat dan bermesra-mesraan berdua dengan Allah. Masjid adalah rumah Allah yang memberikan ketenangan, kenyamanan dan kedamaian. Allah akan turunkan rahmat-Nya bagi siapa saja yang mengingat-Nya dan membaca kalam-Nya.
Memperbanyak Dzikir
Mengingat (dzikir) Allah dimana saja dan kapan saja. Baik dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring sekalipun. Orang yang berdzikir menandakan hatinya hidup. Dzikir tidak cukup di lisan, tapi dalam setiap keadaaan, di hati, di pikiran, di setiap sikap dan kondisi.
Baca juga Orang Cerdas Selalu Bermuhasabah Diri
Ketika berada di rumah Allah (masjid) kita menyebut-nyebut nama-Nya, maka kita akan menjadi tamu spesial dihadapan-Nya. Jika kita ingat Allah dalam setiap waktunya, maka Allah pun akan ingat kita. Memperbanyak dzikir di 10 terakhir Ramadhan terus kita tingkatkan.
Memperbanyak Doa
Jangan pernah putus berdoa kepada Allah. Teruslah berdoa dalam setiap keadaan. Doa adalah senjata yang paling ampuh bagi mukmin. Apalagi ketika berdoa berbarengan dengan Lailatul Qadr, maka doa itu akan mengubah takdir tahunan (takdir sanawi)
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhaan: 4)
“Pada malam Lailatul Qadar, turun para Malaikat dan juga Malaikat Jibril dengan izin Allah SWT untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 4-5)
Doa menjadi pengubah takdir. Panjatkan doa agar segala urusan kita diatur Allah menjadi lebih baik dan penuh hikmah. Ada doa yang tidak ditolak, salah satunya adalah doa orang berpuasa hingga ia berbuka.
Materi ini telah disampaikan pada 17 April 2023/27 Ramadhan 1444 H di Masjid Imam Bonjol Komplek TNI AL Pangkalan Jati