“Wahyu pertama yang turun di bulan Ramadan adalah iqro, perintah membaca,” kata Deni Darmawan ketika menyampaikan dalam kegiatan Ramadan yang berjudul Spirit Literasi di Bulan Ramadhan pada Minggu (26/3/2023) di Pondok pesantren Tahfizh Rohmatul Ummah Pasir Putih Depok Jalan Mangga RT02 RW03 Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Depok. Ini adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Deni Darmawan selama Ramadhan di beberapa Pondok Pesantren.
Pimpinan Ponpes Ust. Salam Rahmat, S.Q., M.A dalam sambutannya mengucapkan terima kasih. “Ustad Deni punya pengalaman yang luar biasa dalam bidang kepenulisan yang bisa kita pelajari bersama. Saya berharap santri bisa diskusi terkait materi yang sudah dipaparkan. Santri tidak hanya menghafal, dari kegiatan pojok literasi santri ini akan lahir para santri yang juga mahir menulis,” ungkapnya.
Dalam ceramahnya, Deni mengatakan bahwa bulan Ramadan itu sangat mulia. Diantaranya kemuliaannya, Allah turunkan Alquran di bulan Ramadan. “Ramadan bukan hanya dikenal dengan bulan puasa saja, tapi juga dikenal sebagai bulan Aquran (Syahrul Qur’an). Para ulama menutup majelis taklimnya karena ingin lebih intens beribadah berinteraksi Alquran, maka banyak para ulama yang khatam berkali-kali di bulan Ramadan,” terang Deni di depan para santri penghafal Alquran.
Alquran bukan hanya untuk dibaca dan dihafal, walaupun Allah memberikan pahala berlipat ganda. Tapi kandungannya mempunyai pelajaran dan hikmah yang bisa diambil. Perintah membaca atau iqro dalam ayat Al-Alaq adalah semangat membangun peradaban untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
“Rasulullah SAW ketika berkhalwat ke gua hiro didatangi oleh Jibril AS. Di dekapnya beliau diperintahkan untuk membaca. Karena Rasulullah adalah ummi (tidak bisa baca dan menulis) tapi perintah ini juga untuk umatnya sebagai pendobrak membangun peradaban,” jelasnya.
Di dalam surat Al-Alaq menjadi literasi dasar baca-tulis. Al-Qolam atau pena menjadi simbol dalam mengajarkan manusia. Dari semua hasil pengetahuan yang dibaca kemudian ditulis dan disebar dalam bentuk narasi yang enak dibaca dan mudah dipahami oleh semua pembaca.
Para sejarawan mencatat, ayat ini merupakan spirit membangun menusia dan peradaban. “Proses pembelajaran pertama dilakukan oleh Rasulullah SAW secara sembunyi dilakukan di rumah sahabat Daar al-Arqam. Inilah semangat wahyu pertama, belajar dan mengajarkan kepada orang lain. Bahkan, tawanan perang Badar yang bisa membaca dan menulis diperintahkan untuk mengajarkan kaum muslimin sebagai syarat untuk penebusan. Alhasil, banyak penulis andal lahir yang bisa menulis wahyu selanjutnya,” jelas Deni juga.
Puncaknya, pada masa kejayaan Islam masa Abbasiyah dimana semangat literasi sangat tinggi. Semua dilakukan berbasis ilmu dan perpustakaan tidak hanya sekedar tempat membaca tapi juga mengkaji, dan menerjemah dari berbagai bahasa. Para ulama yang menulis bukunya akan ditimbang dan dihargai dengan emas.
“Spirit literasi inilah yang dulu pernah dimiliki oleh umat Islam. Wahyu pertama menjadi landasan untuk terus membangun potensi diri dan membangun peradaban. Hayo, sebarkan spirit literasi kepada anak bangsa. Jadikan peringatan Nuzulul Qur’an sebagai peningkatan literasi,” tutur Deni yang juga founder Pojok Literasi Santri.
Diakhir acara, santri langsung praktik menulis tentang pengalaman Ramadan yang berkesan. Deni yang juga sebagai founder Komunitas Belajar Menulis (Kombis) juga memberikan bagi-bagi buku gratis untuk para santri penghafal Alquran sebagai alternatif bacaan selain Alquran.
Pingback: Keajaiban Ramadhan : Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup, Setan Dibelenggu - denidarmawan