“Sesorang bisa mengetahui, apakah ia mendapatkan Lailatul Qadar atau tidak tahu sama sekali” ungkap Deni Darmawan ketika memberikan kultum tarawih pada Sabtu (30/4/2022) di masjid As-Sakiinah di Jl. Bendi Utama No.22 12240 Jakarta Selatan Jakarta Selatan.
Dalam kultumnya, Deni menyampaikan tentang “Makna dan Tanda Lailatul Qadar”. Tak terasa, kini Ramadan di penghujung malam dan akan meninggalkan kita semua. Ramadan menjadi kerinduan bagi orang beriman, yang kedatangannya selalu dinanti dan kepergiannya selalu ditangisi. Diantara keajaiban dan keistimewaan Ramadan, yaitu ada Lailatul Qadar, sebagai malam kemuliaan.
Berbagai makna mengenai Qadar pun beragam. Diantara makna Qadar adalah kemuliaan. Karena malam itu dipilih sebagai turunnya Alquran. Sebagaimana disebutkan di surat Al-Qadar ayat 1 yang berbunyi “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar”. Malam itu menjadi malam yang mulia yang tidak ada tandingannya.
Qadar juga mempunyai makna kadar atau ukuran, kesempitan, waktu yang ditentukkan, kemampuan, menguasai dan penetapan. Ada yang menarik dalam sebuah ungkapan dari Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni, bahwa Qadar itu adalah malam penetapan, sebab Allah Swt menetapkan segala sesuatu pada malam itu, apakah takdirnya baik atau buruk selama setahun ke depan. Kendati takdir itu sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, kita berharap takdir buruk bisa berubah dengan doa-doa yang kita panjatkan, agar setahun ke depan kita memperoleh takdir yang baik.
Kita berharap, ketika ada seorang hamba yang mendapat Lailatul Qadar, maka nilai ibadah seperti lebih baik dari pada seribu bulan. Jika ia sholat, baca quran, sedekah, i’tikaf, maka amalan itu semua seperti melakukan ibadah lebih baik daripada 1000 bulan. Jika dihitung, kita seperti melakukan ibadah 84 tahun.
Nabi pernah bersabda, bahwa usia umatnya antara 60-70 tahun. “Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Usia umatku (umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati (angka) itu.” (HR At-Tirmidzi).
Kendati umatnya Nabi Saw realtif pendek, antara 60 hingga 70 tahun, tapi dari segi amal maka bisa sama atau bisa lebih dari umat terdahulu, karena setiap hamba yang beribadah pada bulan Ramadan, akan mendapat lailatul qadar. Bahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitabnya Al-Muwatha jilid 1 hal 131 “Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya yang relatif panjang, sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka beramal karena panjangannya usia mereka. Maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan”. (HR. Malik)
Hadits ini memberikan kegembiraan kepada para sahabat. Inilah fasilitas dan ekslusif umat Nabi Saw di bulan Ramadan untuk bisa meraup sebanyak-banyaknya pahala yang melimpah ruah. Secara angka usia umat Nabi Saw memang pendek, tapi dari segi amal bisa sama atau menyaingi usia umat terdahulu yang panjang-panjang. Oleh sebab itu, carilah Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir.
Lantas, apa tanda-tanda Lailatul Qadar itu? Tandanya bisa dilihat atau dirasakan dari gejala alam dan dirasakan dalam diri. Bahkan juga tidak dapat ia rasakan dan tidak mengetahui. Jika dilihat dari gejala alam, Ibnu Abbas radhiallahu’anhu berkata : Rasulullah Saw bersabda “Lailatul Qadar adalah malam yang tentram, tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin. Esok paginya sang surta terbit dengan sinar lemah berwarna merah”
Begitu juga dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab radhiallahu’anhu, Rasulullah Saw bersabda “Keesoakkan harinya malam Qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak tampan” (HR. Muslim). Dalam hadits Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah RA berkata lain bahwa malam itu bulan nampak separuh bulatan atau berukuran separuh nampan.
Itulah tanda-tanda Lailatul Qadar yang bisa dilihat atau dirasakan dari gejala alam. Bahkan ada juga yang tidak melihat dan merasakan gejala alam. Lalu, bagaimana tanda Lailatul Qadar yang bisa kita rasakan bagi diri sendiri? Sebagian sahabat Nabi juga pernah terbawa alam mimpi. Dari sahabat Ibnu Umar RA bahwa ada beberapa sahabat Nabi Saw yang diperlihatkan Lailatul Qadar dalam mimpi 0leh Allah Swt pada 7 malam terakhir Ramadan. Kemudian Rasulallah berkata, “Aku melihat bahwa mimpi kalian tentang Lailatul Qadar terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir” (HR. Muslim).
Bahkan, ada pendapat lain, seseorang yang melakukan ibadah pada malam itu merasakan kelezatan dan kenikmatan dalam beribadah. Pada malam itu merasakan ketenangan hati, ketentraman dan kenikmatan dalam berdoa dan bermunajat kepada Allah Swt. Malam itu ia merasakan sebuah kelezatan dan kenikmatan dalam beribadah yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Jika ia berusaha untuk menghidupkan malam-malam itu dengan ibadah, memungkin ia mendapat Lailatul Qadar, meskipun ia tahu atau tanpa ia mengetahuinya.
Mari, kita siapkan strategi untuk mendapatkan malam kemuliaan itu. Kita istiqomahkan ibadah selama 30 hari Ramadan. Kita istiqomahkan salat wajib dan salat sunnah lainnya. Kita istiqomahkan membaca quran, bersedekah, i’tikaf, dan sebagainya. Allah cinta pada amal yang istiqomah walaupun cuma sedikit.
kesuksesan Ramadan adalah istiqomah melakukan amalan dibulan Ramadan di sebelas bulan ke depan dan menjadi pribadi takwa, yang senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Penggemblengan nilai-nilai Ramadan selama sebulan akan tertanam kuat dan berbekas untuk kita mengarungi sebelum bulan ke depan sampai kita bertemu kembali dengan Ramadan yang akan datang. InsyaAllah.
.
Semoga kita bertemu malam Lailatul Qadar
amiin om jay
Sedih melewati saat saat Ramadhan. Sebulan berasa sebentar saja
iya bu
Minal aizin walfaizin,mohon maaf lahir batin semoga kita tergolong orang kembali kepada fitrah aamiinn
sana-sama Bu Sri