“Puasa di bulan Ramadan akan mengantarkan kita menjadi orang-orang yang bertakwa,” kata Deni Darmawan ketika menjadi imam dan khatib salat Jumat pada Jumat (6/5/2022) di Masjid As-Sakiinah jalan Bendi Utama No.22 12240 Jakarta Selatan Jakarta Selatan pada
Perintah puasa dalam surat Al-Baqarah ayat 183, akhirnya ayatnya berbunyi agar kalian menjadi orang-orang bertakwa. “Puasa menjadi wasilah agar orang-orang yang beriman yang menjalankannya menjadi orang-orang yang bertakwa. Seluruh amalan di bulan Ramadan jika dikerjakan dengan kesungguhan iman, maka insyaAllah akan memperoleh ketakwaan. Takwa tidak hanya di bulan Ramadan saja, tapi ketakwaan itu tercermin selama 11 bulan ke depan. Takwa adalah gelar kemuliaan di dunia akhirat. Sebagaimana dalam surat Al-Hujurat ayat 13,” jelas Deni.
Baca juga Ramadhan Sebagai Madrasah Kehidupan
Lantas apa itu takwa? Begitulah pertanyaan seorang sahabat Ubay bin Ka’ab kepada Umar bin Khatab. “Sayyidina Umar menjelaskan, bahwa takwa seperti kamu melewati jalan yang penuh dengan duri. Takwa adalah kehati-hatian. Hati-hati ketika bertindak, berbicara, dan berhati-hatilah dalam menjalani kehidupan di dunia. Begitu banyak versi takwa, intinya adalah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya,” ujar Deni yang pernah belajar di STAI Al-Hikmah Cilandak dan Univ. Muhammadiyah Jakarta.
Deni menjelaskan beberapa indikator takwa dalam keseharian. “Indikator orang-orang takwa itu bisa dilihat dari sikap dan kesehariannya. Pertama, indikator orang-orang bertakwa selalu memohon ampun kepada Allah Swt. Ia selalu bersegera mencari ampunan Allah. Saat di akhir malam ia selalu bermunajat seraya mengucapkan istighfar. Hal ini tertera dalam Alquran surat Ali Imran ayat 133 dan Ad-Zariyat ayat 18. Ini adalah upaya membangun hubungan vertikal antara hamba dengan Allah Swt agar memperoleh ampunannya. Bahkan, Nabi Saw melakukan istighfar hingga 70 bahkan 100 kali. Bagaimana dengan kita? Manusia tidak pernah lepas dari khilaf dan dosa. Maka, orang yang bertakwa selalu memohon ampun,” ungkapnya.
Indikator kedua adalah selalu ingat Allah Swt. “Orang yang bertakwa selalu ingat Allah dimana saja dan kapan saja. Apalagi, ketika ia berbuat keji dan menzalimi dirinya, langsung ingat Allah dan memohon ampun segala dosanya. Ingat Allah bukan saja di lisan, tapi juga di hati dan perbuatan. Ketika ia akan berbuat keburukan, ia berhenti karena ingat Allah Swt. Hal ini juga dinyatakan dalam surat Ali Imran ayat 135,” lanjut Deni.
Baca juga Makna dan Tanda-Tanda Lailatul Qadr
Indikator ketiga adalah suka berinfak di waktu sempit dan lapang. “Suka berinfak, sedekah, dan berbagi adalah indikator orang bertakwa. Biasanya, orang hanya berinfak ketika di waktu lapang atau lagi banyak rezekinya saja, tapi di waktu sempit atau susah, belum tentu. Orang bertakwa baik dalam susah, senang, dalam waktu sempit dan lapang ia tetap berinfak. Ia juga memberikan hartanya kepada hak orang-orang miskin yang meminta ataupun tidak. Hal ini juga tertera di Surat Ali Imran ayat 134 dan Ad-Zariyat 19.” kata Deni yang juga pernah belajar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam (LIPIA) di bawah naungan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Riyadh di Jalan Buncit Raya, Ragunan, Jaksel.
Indikator ke-empat adalah menahan amarah. “Indikator orang bertakwa adalah menahan amarah. Ia mampu mengotrol dan mengendalikan emosinya dan amarahnya dalam keseharian. Amarah yang bergejolak akan mengakibatkan buruk pada diri kita dan tidak bisa mengambil keputusan dengan baik. Begitu juga ketika berinteraksi di media sosial dan bergaul dalam dunia maya, orang yang bertakwa akan mampu menahan dan mengendalikan amarahnya. Hal ini tertera dalam surat Ali Imran ayat 134,” ungkap Deni.
Deni melanjutkan, indikator ke-lima adalah memaafkan kesalahan orang lain. “Ini adalah habluminannas. Menjalin hubungan dengan manusia dengan saling memaafkan. Meminta maaf mungkin mudah, tapi memaafkan itu biasanya sulit. Bagi orang bertakwa, memaafkan adalah sebuah cara agar hidupnya menjadi lebih indah tanpa dendam. Dibutuhkan kelapangan dada dan keluasan hati untuk memaafkan orang-orang yang selama ini selalu menyakiti kita. Hal ini juga dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 134,” katanya.
Indikator ke-enam adalah selalu berbuat kebaikkan. “Orang yang bertakwa selalu gemar dan senang berbuat kebaikkan. Kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaan untuk dirinya. Menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain adalah sebaik-baik manusia. Semua langkah dan gerak-geriknya sangat mudah ia lakukan, jika itu adalah kebaikkan dan memberikan kemaslahatan untuk orang banyak,” ujar Deni yang menyelesaikan S2 di Institut PTIQ Jaksel.
Indikator terakhir adalah memelihara hubungan silaturahmi. “Orang yang bertakwa selalu suka menjaga dan memelihara hubungan silaturahmi. Mudik merupakan implementasi dari silaturahmi agar bisa menjaga dan memelihara hubungan dengan orang tua dan sanak saudara. Orang yang suka silaturahmi akan diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya,” pungkas Deni yang juga mendapat penelitian hibah moderasi beragama tahun 2021 dari Kemenag RI.
Artikel ini juga diterbitkan di kompasiakan. Silahkan klik