1 Muharam ditetapkan menjadi tahun baru Islam. Namun, tahun baru Islam bukan saja dimaknai berganti tahun, tapi harus dimaknai untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas iman dengan memperbanyak amal shalih.
Bulan Muharam jangan dinodai dengan perbuatan buruk dan segala macam pertikaian. Muharram adalah bulan kemuliaan dan bulan Allah (Syahrullah). Setiap hamba dilarang melakukan perbuatan keji. Bulan ini harus diisi dengan amalan-amalan yang akan mengantarkan hambanya menjadi orang-orang mulia.
Baca juga : Pendidikan Karakter Pada Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam
Sebelum Islam datang, bulan Muharam memang bulan yang sudah dimuliakan oleh kaum jahiliyah. Cara memuliakannya dengan tidak melakukan perang. Namun, ketika Islam datang, Muharam tetap dimuliakan. Bukan saja tidak melakukan perang, tapi juga dilarang melakukan perbuatan buruk dan mengisinya dengan kebaikkan dan amal shalih.
Muharam juga ditetapkan sebagai tahun baru Islam. Hal ini bukan tanpa alasan, setelah Rasulullah wafat, dan kepemimpinan dipegang oleh Abu Bakar Ash-shiddik selama dua tahun, tidak ada administrasi dalam penomoran dalam mengirim surat antara khalifah dan para gubernur. Akhirnya, ketika kepemimpinan dipegang oleh Umar bin Khatab selama lima tahun. Abu Al-Asyari mengusulkan ke Umar bin Khatab agar penomoran tanggal dalam surat-menyurat disesuaikan dengan kalender Islam.
Kemudian Umar bin Khatab menerima usulan dan mengumpulkan para gubernur untuk musyawarah. Banyak masukan yang diberikan dalam penentuan tahun baru Islam. Pendapat para gubernur dalam memberikan usulan tentang tahun baru Islam sangat beragam, diantaranya berpendapat bahwa tahun baru Islam ketika Rasulullah lahir, wafat atau ketika mendapat wahyu.
Kemudian, Ali bin Thalib mengusulkan agar momentum tahun baru Islam sebagai peritistiwa Rasulullah SAW dan para sahabat hijrah dari kota Makkah ke Madinah. Hijrah tidak hanya berpindah tempat, tapi juga segenap jiwa raga dan spiritual kita agar menjadi mukmin yang lebih baik lagi dari hari ke hari.
Baca juga : Idul Adha dan Ujian Hidup
1 Muharam sebagai tahun baru Islam bisa dimaknai sebagai bulan refleksi diri agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setidaknya ada tiga dalam memaknai tahun baru Islam yaitu kemuliaan diri, hikmah Kehidupan dan introspeksi diri.
Kemuliaan Diri
Bulan Muharam adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah. Hal ini tertera di dalam surat At-Taubah ayat 36.
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram..”
Ke-empat bulan haram yaitu Dzulqoddah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajab. Allah mengharamkan setiap hambanya melakukan kezaliman, kemasiatan, tawuran, dan perbuatan buruk lainnya. Jika melakukan hal tersebut, maka limpahan dosa pun ikut berlipat ganda.
Muharam juga disebut sebagai bulan Allah (Syahrullah). Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda, “Puasa yang utama setelah bulan Ramadan adalah bulan Allah yaitu Muharam,”. Begitu juga dengan puasa pada hari Asyuro pada tanggal 10 Muharam. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah pernah ditanya tentang puasa di 10 Muharam, bahwa puasa Asyuro bisa menghapus dosa setahun lalu.
Baca juga : Jadilah Netizen Bijak dan Berakhlak Mulia
Selain berpuasa, kita juga dianjurkan untuk mengerjakan amal shaleh seperti shalat, bersedekah, menyantuni anak yatim, menjenguk orang sakit, menyambung silaturahmi dan perbuatan baik lainnya. Segala amal ibadah di bulan Muharam akan menjadikan setiap hamba menjadi mulia di mata Allah SWT.
Hikmah Kehidupan
Bulan Muharam terjadi sejumah peristiwa penting yang bisa dibisa dijadikan pelajaran dan diambil hikmahnya. Di dalam kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As-Samarqandi bahwa pada 10 Muharam begitu banyak peristiwa yang terjadi dan patut untuk direnungi.
Diantara peristiwa yang terjadi pada hari Asyura yaitu Allah menerima taubatnya Nabi Adam Alaihissalam, Allah mengangkat derajat Nabi Idris Alaihissalam, Nabi Ibrahim diselamatkan oleh Allah dari api yang besar, Allah menerima taubat Nabi Daud Alaihissalam, Allah mengeluarkan Nabi Yunus Alaihissalam dari perut ikan, Allah menghilangkan cobaan Nabi Ayyub Alaihissalam, Allah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman Alaihissalam, Allah menyelamatkan Nabi Musa Alaihissalam dari lautan dan menenggelamkan Fir’aun serta lautan terbelah untuk Bani Israil.
Selain itu, bulan ini juga akan mengingatkan kita pada peristiwa hijrah kaum muslimin. Kendati peristiwa hijrah bukan di bulan Muharam, tapi para sahabat menginginkan agar momen hijrah dijadikan sebagai tahun baru Islam pada 1 Muharam.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin dari Makkah ke Madinah menjadi titik balik kebangkitan umat Islam. Para pakar sejarah mengakui, bahwa Madinah menjadi puncak kesuksesan dakwah dan peradaban Islam.
Dari semua peristiwa di bulan Muharam, sebagai umat Islam kita harus mengambil pelajaran dan hikmahnya. Hikmah pertama adalah, Allah akan memberikan pertolongan bagi setiap hamba yang mengingat Allah SWT dan bertaubat kepada-Nya. Pertolongan Allah sangat dekat bagi setiap mukmin yang yakin akan jalan keluar dari setuap kesulitan yang dihadapinya.
Baca juga : Jangan Menyia-nyiakan Waktu
Hikmah kedua, agar setiap mukmin lebih baik dari dari tahun sebelumnya. Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari kemarin. Orang yang celaka dan merugi jika hari ini tidak lebih baik dari kemarin atau sama saja hari ini dan hari kemarin.
Islam menganjurkan untuk meninggalkan kesia-siaan dan hal yang tidak bermanfaat. Semangat hijrah adalah semangat pembaharuan dan perubahan yang lebih baik dari hari dan tahun sebelumnya. Hijrah tidak hanya sekedar pindah tempat, tapi juga peningkatan iman dan takwa kita secara ruhani. Memperbanyak amal shaleh dan mencerminkan akhlak mulia.
Hikmah ketiga adalah mengambil pelajaran dari setiap ujian. Peristiwa Muharam adalah ujian bagi para nabi. Maka, setiap hamba pun akan mengalami ujian sesuai dengan kesanggupannya. Ujian harus disandingkan dengan kesabaran, agar setiap hamba naik kelas dalam melewati ujian tersebut.
Introspeksi Diri
Tahun baru Islam sudah sepatutnya diisi dengan hal-hal yang positif. Salah satunya adalah introspeksi diri. Mengevaluasi diri dengan merenung kembali esensi hidup dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi serta taat kepada Allah SWT.
Introspeksi diri akan memberikan dampak positif bagi kehidupan, salah satunya selalu bersyukur atas kesempatan hidup yang diberikan Allah SWT. Mulai dari bangun tidur hingga mau tidur adalah kesempatan hidup yang diberikan untuk memaksimalkan waktu agar lebih bermanfaat.
Anjuran untuk introspeksi diri memang bukan setiap pergantian tahun saja, setiap hari ketika menjelang tidur kita dianjurkan untuk introspeksi diri. Namun, pergantian tahun hanya sebagai pengingat dan momen untuk introspeksi diri di kehidupan yang kita jalani.
Setiap manusia akan melewati tiga waktu. Masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang. Masa lalu untuk merenung kembali dosa-dosa apa yang pernah diperbuat dan menyesalinya untuk tidak mengulang kembali. Masa sekarang adalah untuk memperbaiki diri agar tidak kembali melakukan kemaksiatan kembali dan memperbanyak amal shalih. Masa mendatang untuk menyiapkan bekal mempersiapkan diri dalam setiap perubahan yang terjadi.
Semoga setiap tahun baru Islam kita bisa memaknai hidup agar bisa lebih baik lagi.
Artikel ini juga ditayangkan di Kumparan. Silahkan klik