Islam mempunyai perhatian yang besar terhadap waktu. Orang-orang beriman diingatkan oleh Allah SWT agar bisa mengelola waktu dengan baik dan benar. Kesuksesan, keberuntungan, kebahagiaan dan kemenangan akan diperoleh bagi orang yang mampu memanfaatkan dan mengelola waktu dengan baik dan benar. Sebaliknya, Penderitaan, penyesalan dan kekalahan akan menimpa seseorang apabila tidak mampu memanfaatkan dan mengelola waktu dengan baik dan benar.
Sebagai orang beriman, kita harus mengetahui dan memahami karakteristik waktu. Khususnya waktu manusia di dunia. Para ulama mengatakan, ada tiga karakter waktu itu. Pertama, waktu itu cepat berlalu. Tak terasa, pergantian waktu, hari, minggu hingga tahun berlalu begitu cepat. Tak terasa, fisik kita pun semakin menua dan umur semakin bertambah.
Karakter kedua, waktu yang berlalu tidak bisa kembali. Waktu yang sudah kita lewati sudah tidak mungkin bisa kembali. Penyesalah tiada guna bagi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu tanpa faedah. Kerugian akan menimpa bagi orang yang tidak mampu memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kualitas dan performa dirinya.
Karakter waktu yang ke-tiga adalah waktu itu sebagai modal/aset kehidupan manusia. Semua diberikan modal yang sama berupa waktu oleh Allah SWT. Untuk presiden, dosen, guru, murid, atau rakyat wong cilik pun diberikan semua modal berupa waktu. Sukses atau tidaknya seseorang, tergantung bagaimana mereka mengelola modal itu untuk melenjitkan potensi dan skilnya untuk kesuksesan dirinya.
Setiap waktu yang diberikan ada potensi merugi dan keberuntungan. Hal ini sudah disinyalir dalam surat Al-Ash ayat 1 sampai 3. Imannya yang meningkat dan mudah mengerjakan amal shaleh, adalah indikasi orang yang beruntung. Hidupnya selalu diisi dengan kebaikkan seperti saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Orang yang merugi yang kadar imannya yang tidak meningkat dan sulit mengerjakan amal shalih. Tidak mau menerima nasehat dalam kebenaran dan kesabaran.
Ajaran Islam melarang umatnya menyia-nyiakan waktu. Ada beberapa hal, kenapa kita tidak boleh membuang-buang waktu. Pertama, suatu saat nanti akan menimbulkan penyesalan. Kerugian dan penyesalan akan datang kepada orang-orang yang menyepelekan waktu. Menunda-nunda kebaikkan dan tidak mengisi dengan kebaikkan.
Kedua, waktu itu bagian dari diri dan umur manusia. Setiap manusia akan melalui hari demi hari, minggu demi minggu, tahun demi tahun. Itu semua adalah kumpulan waktu. Jika waktu yang dilaluinya itu diisi dengan kebaikkan, maka akan mendatangkan keberkahan. Manusia lahir ke muka bumi dengan jumlah waktu yang dimiliki oleh manusia. Semakin waktu bertambah, maka usianya pun bertambah, tapi jatah hidupnya di dunia akan berkurang dan dosa kita meningkat. Seyogyanya, ketika mengingat hari kelahiran (ultah) sudah sepatutnya untuk melakukan muhasabah dan introspeksi diri.
Ketiga, kesempatan akan hilang sia-sia. Waktu adalah peluang dan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT bagi manusia. Jika waktu yang dilewatkannya itu selalu ia lihat sebagai kacamatan peluang dan kesempatan, maka ia akan selalu berusaha untuk meraih ridhonya untuk kebaikkan sukses di dunia dan akhirat.
Ke-empat, menjadi manusia yang baik atau buruk. Dalam hadits nabi, yang diriwayatkan oleh Ahmad, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang diberikan umur yang panjang dan baik amal perbuatannya. Seburuk-buruk manusia yang diberikan umur panjang tapi buruk amal perbuatannya.
Manusia yang diberikan umur yang panjang adalah anugerah dan patut disyukuri. Umur panjang dengan amal yang baik, maka ia menjadi sebaik-baik manusia. Namun, ketika diberikan umur panjang tapi jelek amalnya, maka ia menjadi seburuk-buruk manusia. Semua adalah pilihaan seseorang, mau menjadi sebaik-baik manusia atau seburuk-buruk manusia. Jika ia manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah (vertikal/habluminallah) dan berbuat baik kepada manusia (horizontal/habluminannas) maka ia akan menjadi sebaik-baik manusia di muka bumi.
Ke-lima, susah atau bahagia di akhirat kelak. Orang yang telah melewati waktunya di dunia maka akan dimintai dipertanggungjawaban. “Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Qs. Al-Qiyamah: 36).
Setiap waktu yang dijalani oleh manusia pasti akan ditanya. Dalam sebuah hadits nabi yang diriwayat oleh Tirmidzi, bahwa tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat sebelum ditanya empat perkara: Pertama, umurnya yang diberikan, ia pergunakan untuk apa? Kedua, masa muda yang diberikan ia pergunakan untuk apa? Ke-tiga, harta yang diperoleh, ia dapat dari mana dan dipergunakan untuk apa? Ke-empat, ilmu yang diperolehnya dipergunakan untuk apa?”
Jadi, susah atau bahagia seseorang di akhirat nanti, tergantung ketika ia berada di dunia. Apakah ia mampu mengelola umur, masa muda, harta dan ilmunya di jalan Allah.
Semoga setiap pergantian tahun, kita tidak menyia-nyiakan waktu yang diberikan oleh Allah SWT. Khususnya waktu hari esok (akhirat). Sebagaimana dalam surat Al-Hasyr ayat 18 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Materi disampaikan ketika Khutbah di Pondok Indah Padang Golf, pada Jumat, 4 Januari 2023
Dimuat juga di Kompasiana Silahkan klik