“Setiap muslim harus introspeksi diri dan bermuhasabah setiap hari” ujar Deni Darmawan ketika menjadi Khatib dan Imam di Masjid Atta’awun Jl. Kemang Raya, Pamulang Bararat Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Deni mengatakan, bahwa muhasabah bukan saja dilakukan setiap pergantian tahun. Tapi, setiap hari. “Muhasabah itu setiap hari. Ketika menjelang tidur, kita dianjurkan untuk bermuhasabah diri. Menghitung dan mengingat-ingat, apakah ada sikap dan perkataan kita yang menyakiti orang lain, apakah kita menzalimi orang lain, apakah kita berbuat dosa, dan sebagainya,” kata Deni di depan jamaah Masjid Atta’awun.
Dalam khutbahnya, Deni juga menyampaikan sebuah kisah dari hadits Imam Malik, bahwa suatu Rasul pernah mengatakan akan ada calon penghuni surga. “Suatu ketika, Rasulullah mengatakan akan ada calon penghuni surga sekarang ini. Ketika Rasul berkata demikian, lalu sahabat melihat ada seorang pemuda yang basah wajahnya sehabis berwudhu dan sambil memegang sandal. Di hari selanjutnya pun sama, tiga kali Rasul mengatakan akan datang sekarang ini calon penghuni surga. Laki-laki itu pun muncul kembali. Akhirnya, ada seorang sahabat Abdullah bin Amr bin Ash yang penasaran ingin mengetahui amalan laki-laki tersebut,” terang Deni.
Deni melanjutkan, selama tiga hari Abdullah bin Amr bin Ash menginap di rumah laki-lali tersebut dan tidak menemukan amalan yang istimewa. “Abdullah mengungkapkan alasan mengapa ia ingin menginap di rumahnya. Abdullah juga tidak melihat amalan khusus yang di lakukan laki-laki tersebut, tidak shalat tahajud, puasa sunnah, ibadahnya biasa saja, sesekali ketika ia tidur hanya berdzikir sebentar. Lantas, laki-laki tersebut mengungkapkan kepada Abdullah, bahwa ia tidak mempunyai amalan khusus, tapi ia selalu bermuhasabah ketika menjelang tidur. Ia tidak menyakiti orang lain, tidak iri, dengki,” ungkapnya.
Muhasabah merupakan anjuran di dalam agama. Bahkan, indikasi orang yang cerdas adalah orang yang selalu bermuhasabah dan mengevaluasi diri. “Di dalam hadits riwayat Turmudzi, bahwa orang cerdas itu ada dua. Pertama, orang yang suka mengevaluasi diri atau muhasabah. Menghitung-hitung diri, kebaikan dan keburukan yang dilakukan. Muhasabah dilakukan agar ada perbaikan hidup lebih baik lagi. Kedua, orang cerdas itu yang beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Amal menjadi bekal untuk kehidupan akhirat nanti. Sedangkan orang yang lemah yang selalu mengikuti hawa nafsu dan penuh angan-angan,” jelas Deni yang juga penulis reportase keagamaan di Universitas Pamulang.
Deni pun mengutip perkataan dari Umar bin Khatab. “Hisablah atau hitung-hitunglah diri kalian di dunia sebelum nanti dihisab di akhirat kelak. Akan ada penghisaban yang besar di akhirat nanti. Orang yang selalu melakukan muhasabah diri di dunia, maka ia akan mendapat keringanan nanti di yaumul qiyamah,” kata Deni yang menulis buku Kreativitas Menulis Kaum Rebahan.
Di dalam Islam, aspek muhasabah meliputi tiga aspek. “Pertama, aspek ibadah (vertikal). Muhasabah diri kepada Allah terkait tujuan hidup kita yaitu beribadah. Jika ibadah kita semakin khusyuk dan meningkatkan, maka itu hasil dari muhasabah diri dalam aspek ibadah. Jika Ibadah kita lebih baik dari kemarin, maka kita menjadi orang beruntung. Jika ibadah kita sama dengan hari kemarin, maka merugi. Apalagi jika lebih buruk dari hari kemarin, maka kita menjadi orang yang celaka,” terang Deni.
“Kedua, aspek sosial (horizontal). Selama bergaul, berinteraksi dan bermasyarakat antar sesama tanpa sadar pernah menyakiti. Jangan jadi orang bangkrut di akhirat. Dia bawa segudang pahala shalat, puasa, haji dan zakat, tapi pahalanya diberikan kepada orang lain karena ia selalu menzalimi dan menyakiti orang-orang disekitarnya. Ketiga, aspek usia dan waktu. Pergunakan waktu mudamu, waktu sehatmu, waktu kayamu, waktu sehatmu, waktu luangmu, dan waktu hidupmu, sebelum datang masa tua, masa sakit, masa fakir, masa sibuk dan masa matimu,” pungkas Deni yang sudah menulis lima buku.