Kegiatan Pondok Pesantren El-Alamia tergolong unik, karena santri diwajibkan menulis buku. Hal itu merupakan salah satu persyaratan agar bisa lulus. Jangan heran, setiap alumni yang sudah mondok di Ponpes El-Alamia di Jl. Abdul Fatah Kampung Ciangsana Desa Tapos I, Tenjolaya, Bogor, Jawa Barat sudah mempunyai buku.
Ponpes El-Alamia tergolong unik. Menurut pandangan saya, sangat jarang ditemukan sebuah ponpes yang mewajibkan santri menulis buku. Biasanya, santri hanya diberikan pemahaman agama sebagai bekal hidup. Tapi santri disini tidak hanya itu, tapi harus juga jago menulis buku.
Saat saya ke lokasi bersama teman-teman, dalam rangka melakukan Tri Dharma Univeristas, yaitu Pengabdian Masyarakat pada Kamis ( 26 Mei 2022), saya sempat bincang-bincang dengan pimpinan ponpes El-Alamia, Kiai Ahmad Fulex Bisyri dan juga beberapa guru dan santri.
Menurut Penuturan Kiai Ahmad Fulex Bisyri, bahwa santri yang selesai mondok harus mempunyai karya berupa buku. Awal ide menulis buku, saat itu Kiai Fulex, sapaan akrabnya, banyak santri yang suka mencoret-coret dinding sekolah.
Berawal dari hal itu, maka Kiai Fulex membuat program bil qolam, yaitu wadah untuk para santri belajar menulis buku. Kegiatan dilakukan seminggu sekali. Santri yang mengikuti program ini akan dibimbing dari mulai memilih judul hingga akhir penulisan.
Dalam proses menulis, santri tidak mempergunakan alat lain kecuali pulpen dan buku. Selama kegiatan sekolah dan nyantri, mereka tidak diperbolehkan membawa gadget. Dengan alat seadanya, santri mampu menulis buku fiksi atau non fiksi.
Guru-guru di El-Alamia juga tergolong muda. Bahkan, masih milenial. Tapi produktivitas menulis buku jangan diragukan, sebab mereka yang mengajar, sudah lebih dulu menulis buku.
Ketika saya ngobrol dengan Kiai Fulex, ada satu kendala yang selama ini dirasakan. Para guru dan santri kurang memiliki referensi buku lain agar bisa dibaca. Selama ini, buku bacaan santri masih kurang.
Saya pun jadi tergerak, ingin memberikan buku-buku karya saya dan buku antologi dari penulis Komunitas Belajar Menulis (Kombis).
Dari obrolan tersebut, ada beberapa saran yang saya ajukan ke Kiai Fulex
Pertama, perbaiki perpustakaan.
Perpustakaan yang ada buat semenarik mungkin, agar para santri betah dalam membaca buku. Semua buku para guru, alumni dan santri dijejer semenarik mungkin dan juga buku-buku lain.
Kedua, sudut buku atau book corner.
Buku-buku para santri yang best seller dan menarik dipajang layaknya seperti di toko buku. Sehingga para pengunjung, wali santri, tamu, bisa melihat karya-karya santri dan bisa membelinya.
Ketiga, kegiatan literasi
Kegiatan literasi cukup luas, salah satunya adalah bedah buku. Bagi santri yang menerbitkan buku dijadikan narasumber untuk menjelaskan proses kreativitas santi dalam menulis dan apa keunggulan buku tersebut. Telaah buku dari referensi lain yang dianggap bagus boleh didiskusikan.
Ke-empat, berdayakan website
Keberadaan website menjadi hal yang sangat penting di era digital ini. Santri yang sudah dianggap sudah baik menulis, maka diberikan wadah untuk bisa menulis. Editor dan admin website akan menyeleksi tulisan yang bagus dan akan ditayangkan di website. Saat ini, website ponpes kurang diberdayakan. Padahal, masyarakat luas bahkan penjuru dunia, bisa melihat kegiatan ponpes melalui website
Ke-lima, writing center.
Writing center, coaching clinic, atau apapun itu namanya, harus ada di setiap lembaga. Tim ini adalah orang-orang yang memang ahli dalam membimbing para guru dan santri dalam menulis. Memberikan solusi dalam setiap kendala dalam menulis.
Semoga kegiatan literasi ponpes El-Alamia menjadi inspirasi bagi semua lembaga sekolah, kampus, masyarakat, agar terus produktif menulis. Literasi baca-tulis adalah wahyu pertama yang Allah Swt turunkan agar umat Islam bisa terus membangun peradaban.
Artikel diterbitkan di Kompasiana klik disini